Pages

Sunday, March 28, 2010

Dear Ladies :)

I have a (serious) proposal to offer! Karena some of you already with Klething dan nampaknya di sana jauh lebih cocok kalau untuk menuliskan cerpen2 (yang serius dan personally belong to the writer) sahaja, maka, saya pikir WT lebih patut jadi zona bebas merdeka untuk menuliskan hal-hal lain selain cerpen saja.

Tapi, ada ide yang saya lihat jauh lebih menarik dan fun, ide ini berawal dari status yang pernah ditulis Winda pada wall Facebooknya tentang menulis sebuah novel bersama-sama. Mengapa tidak? Ya, mengapa tidak melakukan eksperimen seperti itu, yaitu keroyokan menulis satu buah cerbung (atau bila panjang bisa jadi novella--novel pendek) secara bersama-sama, setiap orang bergiliran menyambungkan cerbung tersebut di WT ini and let's see apa yang akan terjadi di akhir ceritanya nanti. ;)

What do you think?

Kalau semua bersetuju, saya punya 1 proposal lagi. Kalau Yulie mengijinkan, kisah Adiyanto-Inge-Dian, bisa dilihat secara lengkap di Kelingking Lie, dijadikan cerita awal untuk disambung secara keroyokan, mumpung Yulie bingung mau menyingkirkan dian atau inge, hihihi..

Kisah selanjutnya yang terpikirkan dan saya tawarkan untuk dipertimbangkan adalah, "2 minggu mencari cinta" yang sudah saya tulis di Paragraf. Atau kalau ada yang rela cerita pendeknya yang sudah diterbitkan di WT ini dijadikan cerbung bersama, maka mari kita garap bersama-sama. Dengan demikian, kita bisa melihat seberapa gilanya kah kita dalam merenda kisah tambal sulam? Setiap orang yang sudah terdaftar sebagai Kontributor WT berhak untuk ikut nimbrung menuliskan cerita tersebut. Namun, orang yang pertama menulis cerita (si empunya ide) berhak untuk memangkas dan membentuk kisah tersebut, setelah kisah itu mencapai kata tamat. Saya berniat membuat e-book untuk setiap cerita kontribusi bersama yang sudah tamat, dan akan kita pajang di blog ini.

It is just a suggestion, karena saya melihat yang seperti itu merupakan kegiatan yang menyenangkan, dan lebih ringan, apalagi penulis bisa berhenti kapan saja ide mentok, lalu merelakan kawan berikutnya untuk meneruskan lanjutannya secara bergantian, TAPI yang berhak untuk menempatkan kata "selesai" bagi kisah tersebut adalah orang yang pertama kali memulai cerita tersebut. Dan tidak boleh membuat kisah baru sebelum kisah yang sedang digarap bersama itu tamat.

Think about the fun of it.

Selanjutnya, para kontributor bebas untuk menuliskan hal-hal lain seputar dunia perempuan atau kehidupan sehari-hari, dan tidak pula ada batasan untuk menambah kontributor menulis di Women's Talk. Tidak ada keharusan untuk tetap menjadi kontributor di Women's Talk, juga tidak perlu malu bila tidak produktif menulis lalu tiba-tiba ingin menulis, silahkan saja, tidak perlu merasa terbebani dengan keaktifan kontributor-kontributor yang lain.

That's it.

Winda.. thanks. Dodol itu enak tauk!

Saturday, March 27, 2010

Ya Tuhan, Aku Kangen Sekali Sama Kamu!

Ini sudah hampir bulan April, kawan...
Artinya sudah hampir tiga bulan kita (harusnya) mengarungi tantangan gila kita...
Kamu tahu pasti apa yang aku bicarakan...
Kita awali kegilaan ini dengan semangat membara dan rasa tak percaya diri....
Kekonyolan demi kekonyolan muncul dengan sendirinya...
Lalu kini kita terseok menyelesaikannya...
Masih ada sembilan bulan lagi waktu untuk kita, kawan...
Aku belum mau berhenti...
Aku masih ingin berjuang...
Tapi aku lebih ingin lagi kita bersama seperti dulu kita mengawali ini semua....
Ya Tuhan! Aku kangen sekali sama kamu semua!

Wednesday, March 3, 2010

aku memanggilnya

Pict : tulip disaat musim semi di depan kampus

Pukul 10:00. Aku terburu-buru mencari tau dimanakah ruangan 81a di gedung Beyerbau. Lorong-lorong itu seperti labirin yang tak ada habisnya. Dia seperti berusaha menelanku yang lagi kebingungan pagi itu.

Bangunan berdinding beton. Kokoh dan sudah berumur. Memang layak dijadikan simbol universitas ini, pikirku. Kusisipkan rasa kagum ditengah kepanikanku mencari ruangan tempat orientasi jurusan, di winter semester tahun itu.

"Mein Gott! Terimakasih buat apa yang Engkau percayakan padaku".

Berkali-kali kata itu berdengung kencang menggetarkan jiwaku, saat aku menyaksikan detil gedung itu semakin dekat.