Pages

Wednesday, February 24, 2010

lak ban hitam di atas Elbe

Picture: Autumn, Hamburg 2009

"Matahari segera terbenam, ayo buruan!"

Suara lembut Lessy yang berjalan sejajarku mengingatkan, sesaat setelah kami turun dari kereta. Langkahku semakin lebar. Tak sabar untuk tiba disana. Dari hari sebelumnya, aku hanya bisa mencipta bayangnya lewat cerita Lessy.

Persimpangan terakhir, di depan toko pakaian anak. Aku mengikuti Lessy menyeberang, lalu berbelok ke kanan. Jalan mulai menurun, dua pasang kaki itupun tak ragu berloncatan. Demi keindahan. Sang penyeimbang rasa. Mengintip matahari sore diatas permukaan Elbe.

Memang, tak terhitung sudah berapa lekukan jalan yang kami telusuri sehari itu di kota Hamburg, tapi aku masih menangkap keriaan diwajah Lessy. Syukurlah!

"Ah. Jalan ini menjemput kenangan masa kecil dulu. Aku rindu!" bisikku membatin.

Awan putih begerak melilit bulan penuh diatas sana, menyisihkan langit biru. Sepasang bola mata menjemput cinta, melingkarkan tangannya mesra. Lepas. Kemudian cukup bergandengan saja. Dua insan itu sedang mengikuti tapakan kecil yang bersanding dengan Elbe, di penghujung musim gugur tahun itu. Keindahan romantisme sore hari terlihat anggun pada tangan yang berayun di depanku.

Sungai. Muara. Laut. Aku tak sedang memikirkan sebutan untuknya. Aku lebih suka meraba rasa dibalik ketenangan permukaannya. Hm. Mungkin sudah tak tertampung luapan rasa yang tertumpah disana. Basah. Dingin. Beku. Riang..pun segala perkawanannya. Saksi bisu atas setiap gelombang pikiran anak manusia yang pernah berlabuh disana. Sayang! Dia tak rela meminjamkan catatannya padaku.

Picture: Elbe-Hamburg, in autumn 2009

"Less, thank you ya sudah bawa kesini! Aku senang sekali. Cantik banget!" ucapku bertubi-tubi, setengah berteriak.

"Ah. dia sudah jauh, tadi aku ngomong sama siapa dong?" aku tertawa meledek diri.

Aku berbalik. Aku mendapati Lessy sibuk bermain dengan kameranya, entah posisi apa yang sedang dia pilih. Sungguh aku tak tahan melihatnya. Haha. Lessy. Aku suka kemaksimalan seperti itu, teman!

***

Indah. Menyenangkan. Ini kali kesekian, aku belajar membebaskan rasa, itu. Tak perlu beberapa. Cukup sedikit tak mengapa. Iya. Aku mengajaknya berkeliaran, diantara riak-riak kecil yang tersapu lembut angin sore. Aku membiarkannya bermanja. Ingin ini. Ingin itu.

"Coba diatas air diujung sana tidak ada lak ban hitamnya. Pasti matahari terbenamnya terlihat lebih lama." komentar Lessy.

"Iya ya Les" aku menimpali dan hanya memaku menikmati keindahan yang ada di depanku.

Oh..tidak! Kemolekan body perahu itu membangunkan Elbe. Menguncang-guncangnya. Dia garang sekali! Hm. Tapi, tunggu! Mereka terlihat cukup akrab. Apakah sungguh karib sejati? Dia terlihat leluasa berkata-kata. Syair dan sajak diperdengarkannya. Sesekali musik jadi-jadian yang dipinggulnya (mesin) ikut serta. Ah. Sahabat! Mereka benar sahabat!

***

"Less, thank you ya sudah bawa kesini! Aku senang sekali. Cantik banget!"

Aku mengulang lagi, setelah memastikan Lessy di dekatku.

Keindahan gradasi matahari terbenam di sore itu, terbias cantik oleh Elbe. Matahari memang sudah lelah. Dia mencari ketenangan sesaat.

"Kita tidak perlu terburu-buru lagi, teman!" ungkap senyumku lebar.

***

Hamburg, Sebuah catatan di musim gugur 2009
Rina-Lessy-me

Tulisan ini terinspirasi saat berburu matahari sore bersama Lessy.
pinjem kata lak ban mu buat judul ya Less..:-)

Special thanks untuk UA dan Lessy untuk inepan berhari-hari, ya!


***

Rujukan:

Elbe itu adalah nama sungai di Hamburg, yang juga mengalir ke Dresden. Dua-duanya merupakan kota yang cantik di Jerman.

Aku suka menikmati pemandangan bulan penuh saat sekeliling masih cukup terang, masih juga bisa menikmati langit biru.
Musim gugur memang cantik.