Pages

Wednesday, February 17, 2010

Malam kita

-Ilustrasi-

Setelah perjalanan panjang, akhirnya kami tiba di parkiran besar salah satu cottage yang menjorok ke pantai. Aku tersenyum membayangkan indahnya beberapa hari kedepan dihabiskan di tempat berangin itu, bersama teman-teman sekolah, yang saat itu sama-sama sedang mengawali karir.

Bentuk atap serta dinding anyaman bambu tempat penginapan yang akan kami pakai, sempat menggiring khayalanku akan manusia kutub sana, tentu saja tanpa anyaman. Aku masuk ke salah satu penginapan itu, interiornya membuatku semakin terpana, tanpa meninggalkan khas Indonesia, sentuhan modern terlihat begitu sempurna. Aku perhatikan setiap persambungannya. Unik. Kata-kata kagumpun kutujukan buat perancangnya!

Anyer. Hampir pukul enam sore.
Long weekend.

Kami mengambil kesibukan masing-masing, membereskan barang, memilih tempat dan ada juga yang mandi. Cahaya keemasan dari lampu di luar sana, menandakan sang malam perlahan menghampiri.

Penginapan mulai sepi, aku mendengarkan suara perempuan dan laki-laki dewasa menyanyi diiringi petikan gitar di luar. Sesekali terdengar gelak tawa memecah keheninganku yang masih tetap memilih tinggal di penginapan. Suara itu lebih sering menenggelamkan syair-syair yang mereka lantunkan. Bahkan, aku harus akui, deburan ombak malam itu seperti tunduk dengan suara kebahagiaan mereka.

Aku menyisihkan gorden merah marun dari kamar serupa bilik itu. Sia-sia aku mengintip ke luar karna hanya menyisakan siluet dari sekumpulan anak muda. Ah. Aku lupa, kacamataku. Aku berusaha menyelipkan kebahagiaanku diantara wajah-wajah mereka, sekejap aku membayangkan dan akupun tersenyum. Aku membebaskan rasaku mengejar tawa mereka. Lepas. Ada keindahan dalam harmoni yang sedang mereka cipta.

"Kenapa kamu di dalam saja? ayo
dong ikut gabung."

Satu orang teman pria datang menghampiri, menyempatkan duduk dan mencuri pandang dengan apa yang tampak di monitor mungil toshibaku saat itu.

"Nanti aku
nyusul, tinggal sedikit lagi."

"Huh. Mana asik liburan bawa kerjaan. Aku juga ingin bebas seperti kalian." Aku mulai jengkel ingat tanggungjawab.

"Sudah. sudah. sudah! Kerjakan saja, tapi kamu tidak takut sendiri?" sambungnya.

Setelah aku meyakinkannya, diapun kembali bergabung dengan teman-teman , sementara aku masih berkutat dengan sang tugas.

"Ah. siapa ini?"
Aku mengeluarkan setengah suara setelah mencium wewangian perempuan mendekat.

Aku menoleh, dia, perempuan berbaju hijau motif bunga-bunga. Aku menatapnya dan memberi respon kehadirannya. Rambutnya yang ikal tergerai panjang dan wajahnya sangat lembut.

"Aku terganggu!"
"Tolong sampaikan kepada teman-temanmu."

Wanita itu meminta.

"Iya."

Jawabku singkat sembari tetap menatap wanita cantik itu. Sampai akhirnya dia pergi.
Ada rasa yang berbeda. Energiku terserap habis, aku mengerti.

Seketika itu juga, aku beranjak menuju ke depan penginapan, dimana teman-teman sedang berkumpul masih dengan suara riuh mereka.

"Eh. ada yang bilang, jangan terlalu berisik!"

Aku berbisik ke salah satu teman. Aku berharap, dia akan mengerti dan bisa membuat suara itu lebih reda.

"Wah..kita datang kesini mau senang-senang, namanya juga anak muda, masak gak boleh berisik?"

Begitu salah seorang berucap setelah teman itu menyampaikan.

Ah. sudahlah. pikirku.
Aku meninggalkan mereka dan berjalan menuju ke penginapan.

Wanita itu kembali menghampiri.
Dan kali ini, aku serius untuk mengingatkan teman-teman. Akupun memberitahu yang sebenarnya.

"Biar saja dia tampakkan mukanya, ngomong sendiri."

Seorang teman setengah membantah perihal yang kuceritakan. Sementara teman-teman lain masuk ke penginapan. Beberapa saat kemudian, betapa kagetnya, dua teman kejang-kejang. Iya, orang menyebutnya "kesurupan" dan salah satu dari mereka adalah yang baru saja angkat bicara.

Segera kami berkumpul disatu penginapan. Para pria mengurusi dua orang teman itu, sementara perempuan, mencoba menenangkan satu sama lain.

Panik!
Keadaan itu seketika membuat semuanya berubah. Malam kita menjadi dingin rasa. Tangisan beberapa teman perempuan membuat suasana semakin tidak karuan.

Yang aku ingat, kami hanya punya doa, malam itu.

***

Ditujukan buat teman-temanku
Mengingat reuni Anyer di tahun (2002)

terinspirasi saat seorang teman cerita tentang kejadian-kejadian aneh yang dialami di rumahnya.


***

Maaf, beberapa tulisanku sempat kusimpan karna pertimbangan2 yang membuatku males untuk berargumen. Dan tulisan ini salah satunya.