Pages

Saturday, February 13, 2010

Pusing

Waktu berlalu tanpa dapat di tahan. Bulan berganti baru. Entah dimana harus kucari dia. Wanita yang telah begitu dalam tersakiti olehku. Aku kehilangan arah mencarinya kemana. Maafkan aku Inge.

***

Tidak ada komitmen apa-apa antara aku dan Dian. Semuanya mengalir begitu saja. Tidak ada pembicaraan mengenai apakah pernikahan ini hanya sementara sampai Dian melahirkan, atau hal lainnya. Aku tidak pernah cerita soal Inge padanya. Begitupun sebaliknya. Dian tak pernah membicarakan Pras padaku. Entahlah, membicarakan hal itu seolah begitu tabu.

Kalau saja benih yang ada dalam kandungannya itu benihku...! Kalau saja Dian adalah Inge...! Kalau saja aku bisa mencintai Dian seperti aku mencintai Inge...! Kalau saja Dian bisa mencintaiku seperti dia mencintai Pras...! Pusing aku!

Tak pernah ada air mata kulihat di sudut-sudut matanya. Tak pernah ku dengar isak tangisnya. Tak pernah ia mengeluh tentang sikapku. Ku yakin, semua pedihnya ia simpan rapi, mungkin ia mau semua itu hanya menjadi miliknya sendiri.

Dian baik. Terlalu baik malah. Dia berusaha menjadi istri sempurna. Itu yang ku lihat. Padahal, aku bukanlah suami yang baik. Hampir tidak ada waktuku buatnya. Aku selalu sibuk kerja. Selalu pulang larut malam. Dian terlalu sering sendirian di rumah. Sejak kami pindah ke rumah kami sendiri, hadiah pernikahan orang tua kami, hanya ada Mina yang menemaninya, pembantu kami.

Aku tidak pernah menyentuhnya. Sampai saat ini. Aku tidur di kamar tamu, sementara Dian tidur di kamar utama. Padahal Dian cantik. Terlalu cantik malah. Aku bahkan terlalu sering tergoda. Tergoda untuk menyentuhnya. Wajarkan? Aku suaminya. Dian istriku. Kami resmi di mata hukum. Kami sah di mata agama. Dengan perut yang semakin membesar, entah mengapa semakin menambah pesonanya. Itu menurutku. Akh...! Sebentar lagi, aku akan menjadi ayah. Ayah dari bayi yang bukan benihku. Bayi dari wanita yang tidak ku cintai. Benarkah?

Ku ambil ponsel di atas meja kerjaku. Dengan cepat ku tekan huruf-huruf yang ada di ponselku. Pesan pendek untuk istriku. "Dian, bagaimana kalau kita makan diluar malam ini?"
Berbagai rasa bermain, menari-nari dalam dadaku. Apakah jawabannya? Tidak sampai lima menit, aku sudah menerima pesan balasan. "Oke, jam berapa bang Adi pulang? Aku siap". Deg! Ada perasaan aneh menjalar kesekujur tubuhku. Ini pertama kalinya aku mengajak Dian dinner sejak kami menikah tiga bulan lalu.

-Adiyanto-


rangkaian cerita sebelumnya:
'sendiri'
'kepergianmu'
'dia'
'sakit'

13 comments:

liecita said...

seperti mba Ami, kayaknya ini cerita tersingkat aku, dari semua cerita yang singkat sebelumnya :) selamat membaca, semoga terhibur :)

keisa said...

makin seruu koq...setelah dinner trus...trus...gimana..penasaran :-) alurnya menarik untuk diikutin, ceritanya makin buat degdegserrr...

tapi berhubung pembaca yang atu ini agak pusing sebelum baca (nyama2in judul), jadilah saya ngulang membaca bagian yang ini sampe dua kali:

"Kalau saja benih yang ada dalam kandungannya itu benihku...! Kalau saja Dian adalah Inge...! Kalau saja aku bisa mencintai Dian seperti aku mencintai Inge...! Kalau saja Dian bisa mencintaiku seperti dia mencintai Pras...! Pusing aku!"

kasian ya ngebayangin kondisinya...

liecita said...

ahahahah...aga2 ga nyambung sama judulnya ya? hehehe namanya juga pusing... :P
thx ya keisa

Irene said...

Yul..hihihi..biar pusing masih jadi... bagus kok...

liecita said...

hehehe..thx ya Ren :)

Indah said...

Aww aww aww.. gua udah bisa membayangkan di saat Adi mulai mencintai si Dian, Inge kembali masuk dalam kehidupannya, uhuyy.. mana ternyata hubungannya dengan Inge membuahkan anak pula!! Huaa..

Asal jangan dibikin jadi poligami yaa, Yuliee :p

And ditungguu kisah2 selanjutnyaa, woohoo.. makin lama makin seruu nihh ^o^

Unknown said...

Keren k' critanya...
Dah aq bc smua...
Tp yg ini malah kebaca duluan... Jd ga berurut bcnya... Hehe...
Tp seru critanya...
Ga sbr nunggu crita brikutnya...

Unknown said...

Keren k' critanya...
Dah aq bc smua...
Tp yg ini malah kebaca duluan... Jd ga berurut bcnya... Hehe...
Tp seru critanya...
Ga sbr nunggu crita brikutnya...

- Linda-

ami said...

makin menarik lie. kata keisa, singkat tapi ketangkep maksudnya hehehe. jadi enak aja dibacanya. teruss terusss ya lie, makin penasaran :D

Ceritaeka said...

Ho ho ho
makin seruuuuuuuuuuu!!!!
Lanjutkan! :)

- said...

Oh, Adiyanto sudah tahu...
Lalu? Cepatlah ceritakan semuanya Mbak Yulie! Jangan sepenggal-sepenggal begini. Eka bisa mati menanti...

Winda Krisnadefa said...

"Kalau saja benih yang ada dalam kandungannya itu benihku...! Kalau saja Dian adalah Inge...! Kalau saja aku bisa mencintai Dian seperti aku mencintai Inge...! Kalau saja Dian bisa mencintaiku seperti dia mencintai Pras...! Pusing aku!"

hahahaaa...sama kaya kei...aku juga jadi baca ulang2...pusing sendiri...cocok sama judulnya...beribeeeet...keren, yul..lanjutkan bikin kita pusing...hahahahaaa

ungu said...

bikin pusing ceritanya >.<