Pages

Thursday, February 11, 2010

Si Lincah, Si Jangkung Dan Si Tenang Menghanyutkan



Si Lincah memang lincah sesuai panggilannya. Tidak bisa diam walau sesaat. Kerjanya selalu sama dari waktu ke waktu. Berlari berputar-putar menelewati si Jangkung dan si Tenang Menghanyutkan, dua sahabat dalam perputaran hidupnya.
Tiap kali si Lincah melewatinya, si Jangkung hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Lincah! Takbisakah kau tenang sedikit? Berhentilah sejenak. Sampai capai aku melihatmu berlari berputar-putar tak ada hentinya" teriak si Jangkung kepada si Lincah yang sudah berlari menjauh darinya.
"Hahaa...maaf, kawan. Aku tak mungkin berhenti. Kau tahu apa jadinya kalau aku berhenti berlari. Dunia kiamat, kawan!" seru si Lincah dari kejauhan sambil tertawa riang dan terus berlari.
"Bukan itu maksudku...." si Jangkung tidak meneruskan kalimatnya, karena dilihatnya si Lincah sudah semakin jauh darinya.
"Ah, nanti sajalah aku katakan padanya kalau dia sudah sampai di sini lagi" ujarnya pada diri sendiri sambil tidak lupa menggeser sedikit posisi duduknya akibat terkena senggolan si Lincah barusan.
Tak lama si Lincah muncul kembali, masih berlari.
"Kau mau bilang apa tadi, kawanku?" dari kejauhan dia sudah berseru kepada si Jangkung. Si Jangkung sempat terperanjat tak menyangka si Lincah begitu cepat kembali ke tempatnya lagi.
"Maksudku, tak bisakah kau perlambat sedikit larimu, Lincah? Kau benar-benar menyusahkan. Tiap kali kau melewati aku, pasti kau senggol aku sampai aku harus menggeser dudukku setiap saat" kata si Jangkung cepat-cepat sebelum si Lincah menjauh lagi karena tidak berhenti berlari.
"Ohooy...itu rupanya! Maaflah, kawan...tak ada maksud untuk mengusik dudukmu. Aku hanya ingin menolongmu sedikit demi sedikit dengan cara menyenggolmu itu" jawab si Lincah penuh arti, masih sambil berlari.
"Menolongku bagaimana?" tanya si Jangkung penasaran ketika dilihatnya si Lincah telah muncul lagi mendekat ke arahnya sambil berlari.
"Supaya kau cepat sampai ke tempat pujaan hatimu itu, si Tenang Menghanyutkan. Wahai, jangan berpura-pura, kawan. Kalian sungguh pasangan yang manis. Malu-malu tapi mau. Untuk mendekatpun harus aku yang mendorongmu ke arahnya. Hahaaay..." goda si Lincah sambil terus berlari.
Si jangkung tersipu sejenak mendengar ocehan sahabatnya barusan. Teringat pertemuan terakhirnya dengan kekasih hatinya, si Tenang Menghanyutkan itu beberapa saat yang lalu. Tiba-tiba si Jangkung menjadi tidak sabar ingin segera berjumpa kembali dengannya. Rindunya kembali menyeruak. Si Jangkung mendadak merasa beruntung si Lincah telah berlari begitu cepat. Semakin cepat si Lincah berlari, bukankah semakin cepat dia akan bertemu dengan kekasihnya itu?
"Lincaaah! Tak bisakah kau berlari lebih cepat dari biasanya? Dan kau boleh senggol aku lebih keras mulai saat ini. Agar lebih cepat aku sampai di tempat kekasihku itu" kata si Jangkung ketika si Lincah kembali muncul di hadapannya.
"Ohohohoo..itu tak mungkin, kawan. Kecepatanku tetap dan akan selalu tetap. Lagipula, tidakkah kau dengar ucapan orang-orang mengenaiku belakangan ini?" tanya si Lincah dengan nada sedikit kesal.
"Apa maksudmu?" tanya si Jangkung tak mengerti.
"Mereka seperti menghakimiku karena merasa tidak punya waktu cukup untuk melakukan semua kesibukan-kesibukan mereka itu. Menurut mereka itu gara-gara aku yang berlari terlampau cepat. Kenapa aku yang disalahkan?" Lincah menjelaskan panjang lebar menumpahkan kekesalannya sambil terus berlari.
"Ya! Kenapa pula kau yang disalahkan?" tanya si Jangkung tak kalah herannya.
"Mereka yang harusnya bergerak lebih tenang. Menikmati setiap langkah yang mereka ambil. Menghirup lebih dalam nafas yang mereka hirup. Memandang lebih jauh keindahan yang ada di depan mata mereka. Tapi apa? Mereka justru tenggelam dalam kesibukan. Demi apa kata mereka? Tuntutan hidup? Aah...persetan alasan itu! Hidup tidak menuntut. Hidup itu untuk dinikmati. Orang-orang aneh atau jaman yang semakin gila!" maki si Jangkung lebih kepada dirinya sendiri.
"Apa maksudmu, kawan?" tanya si Lincah ketika sampai di dekat si Jangkung kembali.
"Maksudku, dulu rasanya tidak segila ini. Orang-orang tidak bergerak secepat ini. Mereka tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tapi semua dilakukan dengan penuh kenikmatan. Tak ada yang berteriak-teriak 'aaah, waktu satu hari tidak cukup bagiku!'. Ya kan?" si Jangkung kembali berceloteh panjang sambil celingukan mencari wujud si Lincah yang sudah kembali menjauh dari hadapannya.
"Sudahlah, tak usah banyak bicara, kawan. Sebentar lagi kau akan sampai di tempatnya. Tinggal satu senggolanku lagi, dan kau akan bertemu dengan kekasihmu itu, si Tenang Menghanyutkan. Bersiap-siaplah!" kata si Lincah kembali riang.
Dan benar saja, begitu melewati si Jangkung, disenggolnya sedikit sahabatnya itu dan berjumpalah dia dengan kekasih hatinya itu, si Tenang Menghanyutkan.
"Wahai, kekasihku. Senang sekali rasanya bisa bertemu lagi denganmu, sayangku. Seandainya kita bisa tetap di tempat ini bersama-sama selamanya" sapa si Jangkung berseri-seri sambil memeluk kekasihnya itu dengan penuh kerinduan.
"Itu sungguh tidak mungkin, pangeranku. Seandainya kita diam di sini, maka dunia kiamat. Bukankah begitu?" kata sang kekasih sambil tersenyum manis.
"Seandainya kiamat itu datang, aku ingin berada di sini bersamamu, sayang. Tepat di angka dua belas ini. Dimana kita bisa saling berpelukan seperti sekarang ini. Tapi si Lincah harus terhenti di angka tiga atau enam saja sekalian, supaya dia tidak menghalangi kita" ujar si Jangkung sambil tertawa geli.
"Hey! Aku dengar yang kau ucapkan barusan, kawan!" seru si Lincah dari kejauhan.
"Hahaaa...maaf, kawan. Tapi tidakkah kau risih jika sampai kiamat itu datang dan akhirnya kau bisa berhenti berlari dan kau berhenti tepat di tempat kami berdua berada? Sedangkan kami adalah sepasang kekasih. Hahaha..." si Jangkung tergelak kini.
"Ah, aku tak mau memikirkan kiamat, kawan. Aku harus terus berlari demi enam puluh langkahku yang akan membuatmu melangkah setitik. Dan demi enam puluh langkahmu yang akan membuat kekasihmu bergerak menuju angka berikutnya. Kita ini hanya jam, hanya waktu. Tapi kita adalah segalanya bagi mereka di luar sana" seruan si Lincah makin kecil terdengar seiring dengan menjauhnya dia karena masih terus berlari dan berlari.



Untuk Eka Sari ^_^ (semoga berkenan)
ilustrasi dari http://fahahm.files.wordpress.com/2009/01/backwards-clock.jpg

13 comments:

Winda Krisnadefa said...

diminta Eka Sari bercerita tentang si detik, menit dan jam yang saling berkejaran...
semoga berkenan, kawan-kawanku...^_^

Indah said...

Windaa.. as alwayss.. elo itu kreatif-nya POL!!

Ahahahaa ^o^

*pssstt.. masih ditunggu lhoo si Wacky, Sorelly, dkk, hihihi :D*

keisa said...

Bener Ndah...hebat...idenya ngalir aja ya...kalo gak ada gambar jam disampingnya, pasti saya kudu mikir dulu tujuannya kemana, seperti cerita2 sebelumnya.

sep, ditunggu cerita selanjutnya :-)

liecita said...

Windaaa... te o pe be ge te deh...
inikah ide dari ekasari ?

Irene said...

Windaaaa!!!! I wish... I just could wish...HUUUHHHH!!! like you!!! bener ya, apa aja bisa jadi cerita.. kok buat gw susah ya???

ami said...

win baguuus banget. ngga hanya menceritakan si jam, tapi ada pesan juga dibalik itu. Te O Pe !!

Winda Krisnadefa said...

indah : aaarrggh...tidaaak...wacky itu bener2 susah nyari ceritanya...takut vulgar...waakakakakak

kei : makasih yaaa...^_^ cerpenmu juga mengalir....kata2nya lebih kaya...unik...aku suka...^_^

Winda Krisnadefa said...

yulie : iyyaaa....tadinya ragu, bisa nggak ya? akhirnya selesai juga nih cerpen pesenan...btw, yang ngorder mana ya, kok belum nongol? hehehehee

irene : jangan, ren..cuma itu yg gw bisa...hihihihihi...masak gak bisa, nyanyi gak bisa, maen musik apalagi...yakin mau jadi kaya gw? hahahahaa

Winda Krisnadefa said...

mbak ami : terus terang, aku gak sengaja nemuin pesan dalam cerita ini...hahahahaa...percaya nggak?

ami said...

wahaha percaya win. kebayang sih, awalnya ngga kepikir ya untuk memasukkan sebuah pesan, eeeh mengalir aja tau2 bisa disisipkan pesan

Ceritaeka said...

Menggelitik banget ;)
Bagus WIn!
gilaaa keren bener.. dialog 3 buah jarum mam.
JEMPOL buatmu :)

- said...

Spikles. Ya, eka hanya mampu spikles. Have no words. Hhh. Ini terlalu menarik... Terlalu.
Arigato, Mbak Winda... Arigato.

Winda Krisnadefa said...

eka skunyos : hehehehee...geli dong digelitikin...heuleuh...tengkyu yah....

eka : thank's to you!!! giving me the idea....but no next idea will be taken...susaaaah ternyata bikin cerpen pesenan...heuheuheuheu....wkwkwkwkwk