Pages

Friday, December 4, 2009

Game is Life, Life is Game

Sejak kecanduan main game pertama kali dalam sebuah aplikasi game di Facebook, Pet Society, Maret 2009 lalu, jadwal rutin keseharian saya berubah. Walaupun tak terlalu signifikan. Pet Society menarik saya, juga gamers yang lain, yang kebanyakan perempuan (bukan bermaksud untuk stereotipe, bias atau lainnya), ke dalam dunia pet yang lucu, menggemaskan dan indah. Seperti naluri perempuan lain yang juga gamers, adalah wajar jika ketertarikan pada game ini menjadikannya seperti oase saat begitu lelah dan bosannya terhadap rutinitas rumah tangga, kerja atau rutinitas lain. Sehingga, dalam sehari, saya seperti merasa ada yang hilang jika tidak bermain dan mengunjungi clicka, pet saya.

Walaupun mengajarkan gamersnya untuk konsumtif dan materialistik serta agak rakus, namun saya lebih menikmati aplikasi ini ke sisi positifnya; mendesain ruangan, memilih barang, kebersamaan dengan sesama pet, berkunjung, malah mengenal teman pet dari tempat lain di dunia ini. Inilah yang sangat saya nikmati. Saya jadi tahu tingkah laku para Pet Mania. Ada yang lucu, ada yang hingga bisa mengobrak abrik kode-kode game ini dan, misalnya, mencipta mesin curang agar bisa membuat petnya kaya dengan cara gampang. Ada yang ketika pertama kali kenal dan main bersama, langsung minta diberikan barang. Atau tukaran barang satu sama lain. Belum melihat-lihat ruangan para pet yang dikunjungi, malah mengagumi betapa pet mania ini sangat kreatif dalam merias ruangan atau mendandani petnya. Ada bermacam ide lahir dari lobuslobus dan dendrid mereka yang ribuan itu.
Hingga kini, saya memang mengeluhkan karakter game ini yang sangat demanding: waktu, energi, sampai rela mengorbankan tubuh dan hubungan dengan anggota keluarga lain. Sampai suami sering protes atas hobi yang menular kepada anak saya ini. Tetapi anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu. Saya terus bermain. Tetapi saya harus punya dasar untuk bermain. Saat mengerjakan salah satu tugas, saya mendapatkan apa yang saya cari. Namun bukan ini yang menjadi alasan pembenaran saya bermain game.

Di salah satu buku yang menjadi rujukan tugas tersebut, saya tertegun ketika dalam bukunya "The Ascent of Man", Jacob Bronowski berpendapat bahwa, seluruh ilmu, semua pemikiran manusia adalah sebuah permainan. Beliau meneruskan bahwa pemikiran abstrak atau ekses dari permainan adalah “neoteny of the intellect”(kematangan intelektual), di mana manusia dapat melanjutkan aktifitasnya tanpa tujuan yang harus dilaksanakan (hewan lain bermain hanya ketika mereka masih muda). Aktifitasnya ini adalah dalam rangka mempersiapkan dirinya untuk merancang rencana dan strategi jangka panjang di masa depan.

Bronowski pernah bekerja sama dengan John von Neumann, seorang ahli matematika yang membawa matematika kedalam ilmu sosial dan menjadi sahabatnya hingga Neumann meninggal. Saat dalam sebuah taksi di London—salah satu tempat favorit Neumann berbicara tentang matematika—ia bercerita pertama kali mengenai bukunya yang berjudul “Theory of Games”. Tertarik oleh buku ini, Bronowski bertanya, “maksud anda, teori tentang game itu adalah seperti permainan catur?””Tidak”, jawabnya. “Catur bukan sebuah permainan. Catur adalah bentuk yang sangat tepat mewakili komputasi. Kita tidak akan bisa menjawab pertanyaan, tetapi dalam teori harus ada solusi, sebuah prosedur tepat pada posisi tertentu. Permainan yang sesungguhnya, katanya, tidak seperti itu sama sekali. Kehidupan sesungguhnya juga tidak seperti itu. Kehidupan sesungguhnya penuh dengan kebohongan, penuh dengan taktik untuk berbuat curang, penuh dengan pertanyaan pada diri apakah yang orang lain pikirkan apa yang akan saya lakukan. Dan itulah yang saya maksudkan dengan permainan dalam teori saya”.

Inilah betapa seorang Neumann melihat hidup dan kehidupan adalah permainan, serta betapa permainan adalah sebuah kehidupan. Meski mereka berada pada tataran dan dimensi yang berbeda. Walaupun, sekali lagi,bukan sebuah pembenaran untuk menjustifikasi kegemaran kami para lady gamers (hahaha...abis, kalau mau menerjemahkan ke pemain perempuan jadi rancu ah...)untuk bermain....

4 comments:

Miss G said...

Hahaha, saya suka pembahasan dari sudut ini...dan bagi saya, tulisan ini mengingatkan pada pembahasan dalam Games People Play by Erick Berne, yang mendeskripsikan bagaimana setiap orang berselancar dikehidupan ini dengan berbagai macam cara/trik-trik tertentu yang kemudian diistilahkan sebagai: game.

Sangat menarik bahwa Yaya menetapkan harus ada dasar untuk bermain game dan menemukannya dalam teori Neuman tsb.

Saya sendiri juga mencari-cari dasar yang solid untuk menjustifikasi hobi ini, dan tetap belum menemukan dasar yang kuat untuk itu.

Yang saya cermati selama bermain game ini adalah, walaupun bermain bagi orang dewasa bukanlah hal yang sama sekali baru, tetapi bentuk permainan sosial seperti pet society ini adalah bentuk baru yang tercipta karena adanya internet dan targetnya jelas-jelas wanita, dan menurut saya, sejauh ini, produser game ini telah sangat sukses membaca pasar mereka.

Kalau selama ini, bermain menuntut seseorang untuk pergi ke suatu tempat dan dalam waktu yang khusus untuk melakukan aktifitas bermain tersebut, maka, social games seperti Pet Society ini, justru memberikan kemudahan bagi setiap orang untuk bermain tanpa harus meninggalkan rumah, anak dan suami & pekerjaannya, secara fisik, namun sekaligus mendapatkan teman2 baru dan bisa berkumpul bersama teman-teman tersebut dengan lebih akrab tanpa harus meninggalkan kenyamanan atau tanggungjawabnya.

Jadi, kegilaan terhadap Pet Society ini, mungkin juga disebabkan karena interaksi antar pemain yang jadinya mirip seperti kumpul2 arisan ini, hihi..

ami said...

setuju dengan pendapat yaya, sedikit tambahan, mungkin karena aku memiliki peliharaan di dunia nyata, jadi aku merasa memiliki pet di dunia maya yang hanya berbentuk sebuah permainanpun aku coba untuk memperlakukannya sama seperti di dunia nyataku. yaitu memeliharanya karena memang aku suka memiliki pet. dan sama juga dengan kehidupan nyata, dengan peliharaanku pun aku tidak menghabiskan waktuku hanya untuk mereka, tidak menghabiskan dana berlebihan untuk kebutuhan mereka. ya wajar2 sajalah, tetapi tetap konsisten memelihara mereka.
aku rasa pada waktunya nanti, dengan sendirinya ngga ngerti karena kesibukanku atau ditutupnya permainan ps ini :(, maka itulah waktu aku tidak bertemu lagi dengan petku. sama juga dengan di dunia nyata, ada waktunya juga aku akan berpisah dengan peliharaanku.
sepertinya itu yang aku terapkan ke si pet di ps, memeliharanya wajar2 saja, sehingga tidak menjadi fanatik ataupun muncul keiginan untuk meninggalkannya

-Indah- said...

Ahahaha.. jadi keinget ama temen gua yang pernah saking keselnya disalip mulu levelnya ama para cheaters jadi bikin beberapa notes tentang "kemuliaan" bermain Pet Society secara fair play.

Menurut kalian, apa cara kita memainkan pet kita merefleksikan cara kita di dunia nyata juga?

In a way mungkin iyaa.. tapi ngga selaluu.. cuman nih game bisa membangkitkan our dark side sih kalo menurut gua, ahahaha :D

Karena di dunia nyata masih banyak pertimbangan ketika berniat melakukan kecurangan tapi kalo di nih game orang lebih cuek, justru mungkin merasa "tertantang" karena kode cheat-nya juga ngga semua orang bisa menerapkan walau udah dikasih instruksi yang sama, hihihi..

Apapun ituu.. menarik yaa betapa kita main game yang sama, Pet Society, tapi tiap dari kita bisa mendapatkan pelajaran yang berbeda2 ;)

Sebenernya ini game yang amat menarik untuk mempelajari berbagai karakter manusia, hihihi :D

Ada yang psikolog ngga di sini yaa? ^o^

Irene said...

Bener banget nihhhh..