Pages

Sunday, December 27, 2009

ketika objek menjadi subjek



"perempuan itu lebih cocok dilukis daripada sebagai pelukis"

Tunggu dulu, pembaca yang cantik... Jangan buru-buru marah pada saya. Karena itu tidak keluar dari bibir dan kepala saya. Kalimat itu keluar dari mulut maestro perupa realis yang pernah dimiliki Indonesia. Iya, siapa lagi kalau bukan Almarhum Basoeki Abdullah. Namun, jangan pula marah pada beliau, sebab mungkin saja beliau sedang bergurau ketika mengucapkannya.

Terlepas dari candaan atau tidak, kalimat tersebut benar adanya. Menjelaskan lebih dari cukup sebuah kenyataan bila dalam dunia seni, perempuan lebih terlibat sebagai objek daripada subjek.
Mengapa bisa demikian?
Katanya seni adalah proses kreatif yang melibatkan rasa dan emosi hingga menciptakan estetika? Perasaan dan emosi. Bukankah itu adalah dua hal yang paling dominan yang dapat ditemukan dalam jiwa seorang perempuan? Lalu pada kemana seniwati-seniwati???
Saat ini, kalau ditanya siapa perupa, pelukis, penulis, fesyen desainer, pemusik bahkan penari ternama, maka yang lebih banyak muncul adalah nama-nama lelaki.

Di Indonesia, seniman adalah profesi yang hampir tidak pernah menjadi cita-cita. Kebanyakan menjadi seniman adalah kecelakaan. Kebetulan hobi lukis, tiba-tiba ada yang lihat, tertarik, lalu lahir transaksi. Itu hambatan utama. Belum lagi, hambatan menerabas aturan main dunia patriarki itu tidak mudah. Ketika perempuan mencoba mengambil jalannya sendiri, maka dia menjadi berbeda [ kidal di dunia tangan kanan - Arigato, Gratcia-san... sudah membuat definisinya menjadi mudah :) ]. Dan menjadi beda sama saja dengan melemparkan diri dari lingkup, dan menjadi lebih rendah. Sementara ketika perempuan menyamakan diri dengan aturan main dunia patriarki, maka yang diperoleh hanyalah setara. Tidak akan bisa lebih. Ini baru sekelumit kerumitan, mengapa perempuan sulit sekali eksis. Tapi, jaman sekarang, kesempatan memecahkan kerumitan itu terbuka. Literatur, teknologi, media internet tidak lagi membatasi. Termasuk seni.

Dalam seni, ada tiga hal yang menjadikannya utuh. Pertama, adalah objek seni. Kedua adalah subjek. Dan ketiga adalah penikmat (apresiator). Posisi kedua dan ketiga ditempati dominasi laki-laki. Sementara posisi pertama, ditempati berurutan dari bawah yakni; alam lanskap, fauna, dan teratas adalah, perempuan.
Kenapa perempuan?
Adalah sudah tentu (tidak perlu diperdebatkan lagi baik secara subjektif maupun objektif) karena perempuan itu cantik. Dan cantik adalah nilai estetika tertinggi.

Kalau saya boleh menelaah, posisi perempuan sesungguhnya lebih unggul. Laki-laki hanya mampu sebagai "mata" yang melihat perempuan sebagai estetika, lalu menghadirkannya dalam seni sekaligus sebagai apresiator. Dalam hal ini "mata" bisa jadi hanya melihat cantik, tapi tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya menjadi cantik. Gambaran perempuan yang dihasilkan oleh "mata" lelaki, seringkali kurang tepat. Di sinilah perempuan menjadi unggul.

Mestinya, dengan tahu betul bagaimana menjadi cantik, perempuan memiliki referensi yang jauh lebih luas ketimbang lelaki. Perempuan bisa lebih menghadirkan perempuan dalam karya seni, sampai sempurna menyentuh rasa bukan sepatas rupa. Dua tiga tahun yang lalu, dunia sastra terperangah pada karya-karya Djenar Maesa Ayu. Yang berhasil menegaskan pada pembaca tentang betapa jauh berbedanya sudut pandang perempuan dan sudut pandang laki-laki, meski objek cerita sama-sama tentang perempuan. Perempuan yang oleh Pramoedya Ananta Toer dalam Gadis Pantai, dihadirkan dengan cara yang berbeda dengan cara Djenar menghadirkan Nayla. Kasarnya, selihai-lihainya Pram mendeskripsikan perempuan, tidak akan mampu lebih realistik dan lebih dekat dari Nayla. Karena Nayla dilihat dan dihadirkan oleh mata perempuan. Dalam Nayla, muncul unsur-unsur yang tidak mampu dilihat Pram sebagai laki-laki.

Lalu apa sebenarnya yang ingin saya katakan dalam asbun panjang lebar tertele-tele ini adalah bahwa, "Duhai perempuan, tidak sadarkah engkau, jika dirimu berpotensi menghadirkan seni dengan nilai estetis di atas rata-rata?".
Potensi seni pada perempuan itu SANGAT besar, kesempatan terbuka cukup lebar, inspirasi dimana-mana tersebar. Persoalannya sekarang adalah, mau tidak ujuk gigi? Tertantang tidak berkreasi? Jangan bilang tidak berbakat, karena perempuan itu sendiri adalah seni. Dia hanya sedang menunggu ditemukan. Maka bergesaslah mencarinya dalam diri masing-masing. Dan jangan biarkan dia terlalu lama menunggu hingga beku.

***

Lantas, siapakah gerangan perempuan cantik yang berpose di atas itu? Ijinkan saya sedikit bercerita. Dia adalah Zaha Hadid. Hingga kini, hanya dia seorang yang berhasil membedakan diri dari aturan main arsitektur (arsitektur hakekatnya adalah langgam seni) yang telah dirumuskan arsitek laki-laki. Satu-satunya arsitek perempuan yang karyanya, diakui dunia Internasional. Klik disini, untuk melihat betapa berbedanya karya Hadid (rasa seorang perempuan) dengan karya arsitek lelaki kebanyakan (teknik). Bersiaplah terperangah!

Hhh... Asal bunyi ini sebenarnya dimaksudkan untuk memotivasi perempuan Women's Talk tentang impiannya di Tahun 2010. Memotivasi Mbak Winda untuk eksis di dunia seni kulinari menyaingi Farah Quinn. Memotivasi Maminya Skunyos di seni PNS berdedikasi dan seni Pet Society. Memotivasi Mbak Ami dalam seni, apa Mbak Ami, ceritakanlah pada kami. Memotivasi Indah dalam seni pencak silat kata (kalau debat yang lain lewat). Memotivasi Gratcia-san untuk proyek fiksi 365 harinya ;)... Memotivasi saya untuk jadi Zaha Hadid selanjutnya, hihi.

Jadi, apa impian, terobosan, pembaca yang cantik sekalian di tahun depan? Takutkah pada hambatan aturan main dunia patriarki? Kalau tidak takut, cukup siapkah menerabasnya? (terus terang saya sendiri kelimpungan). Sudikah membaginya disini? Agar kita bisa saling menyemangati. Dan yang penting, apapun itu, lakukan dengan seni. Dengan cantik. Selamat menanti tahun yang baru, pretty women...

11 comments:

Si_Isna said...

numpang lewat mba...
hehee...

mo ngajak tukeran link nih...
link-nya mba eka udah saya pasang di blog saya...

tar aja yah saya baca postingannya... hahaa...
*kabuuurrr...*

-Indah- said...

Saya kalau menulis kenapa bisa cerewet ya? Sementara kalau bicara, pelitnya minta ampun. Barangkali, sesungguhnya saya tidak benar-benar pendiam. Tapi hanya menahan untuk tidak berbicara.

Wakakakakak.. wakakakakak.. Toss aaahhh!!

Gilee.. sama bangetsss!! Makanya selama ini gua selalu ngerasa diri pendiaamm *walau selalu diprotes ama temen2 gua :p*

Pencak silat kataa? Ahahahaha.. ahahaha.. kenapa demikian, Kaa? :D

Tahun 2010? Tahun untuk mulai belajar mengendalikan pikiran, huahahaha ^o^

Miss G said...

Dear Eka, tidak salah memang bahwa "Sesuatu Itu, Eka" menjadi judul untuk sebuah subjek yang dijadikan objek :p

-Indah- said...

*ihikss.. satu lagi yang ngga percaya kalo gua pendiaaaaammm :p*

Ahahaha.. bukan mengendalikan pikiran orang ala Deddy C githu, Kaa..

Tapii gua perhatiin.. pikiran gua itu suka liar ke sana kemari seenaknya dari satu hal ke hal lainnyaa.. terutama untuk hal2 yang negatif, sambung menyambung dari satu hal ke hal lainnya tanpa henti, huaa.. khan capee!

Soo.. daripada dikuasai oleh pikiran2 negatif.. gua harus belajar untuk menekan frekuensi munculnya, kalo dihilangkan sepenuhnya sepertinya ngga bisa karena pikiran gua itu berisik bangets seeh, ahahahaha :D

keisa said...

Maap, nompang lewat juga...selama ini boleh ngumpet2 aja baca blog wanita2 cantik disini :-)

tulisan2 dan diskusi kalian "berisi", senang bacanya...

silahkan meneruskan mimpinya, sadar gak sadar mimpi itu memberi energi positif buat kita mencapainya..

selamat jelang taon baru dgn resolusi2 baru...

-Indah- said...

Ekaa.. ahahaha.. belon dipikirkan, Neng, hehehe :D

Hipnosis itu yang pake hipnotis yaa? Huaa.. gua khan parnoo.. lagi dalam keadaan terhipnotis githuu mana gua tau apa2 aja yang bakal dijejalkan ke dalam otak gua, ahahaha..

Soal yogaa.. naahh, itu diaa.. sampai sekarang gua masih belon bisa memutuskan apakah itu bertentangan apa kaga dengan keyakinan gua :D

(mutusin kaya githu lama amat yaa, ahahaha :p)

Kalo gua sih mikirnya gini, Kaa, ketika ada pikiran negatif yang melintas.. gua terima aja terus gua lepaskan and bukan malah asyik berandai2 merangkai lanjutannya seperti yang gua lakukan selama ini, ahahaha.. upss.. ketauan dhee :p

Aahh.. tau aja dirimu, Kaa.. kalo ngeblog kaga cukup buat penyaluran, ahahaha.. kadang sih ngegambar jugaa tapii itu lebih butuh mood tingkat tinggi dibanding nulis, ahahaha :D

Pengen nyoba berkebun sih tapii.. gua gelii ama cacing, hii..

-Indah- said...

Emmanuellyy.. eheemm.. bacanya ngga perlu sambil ngumpet2 juga ngga apa2 kok, ahahahaha :D

Ayoo ikutan terjun dalam komentar, Jeng, hihihi ^o^

Ceritaeka said...

Whoaaaaaaaa mbak Eka...
tulisan ini cantik bener. Pas deh. seneng baca part bahwa wanita bisa merasa cantik. D*mn that feeling is definitely good ;)

*mbak, excuse my language ya :p udh dr sononya begitu hahhaa.

Resolusi saya tahun depan.. heeemmm sepertinya mirip2 mbak G... mau mulai nulis cerpen lagi... (butuh seni juga toh?) soal PNS? Thank u doanya mbak! :) semoga bisa menjadi abdi negara yang berdedikasi :)

salam, EKA maminya Skunyos :P hihihi nama kita sama ^_^

Winda Krisnadefa said...

huaaaaww..dalem, ka...daleeeemm...
btw, gw protes, knapa gw harus memperdalam seni kulinari? lha wong gak bisa masak...huhuhuhuuueeee.....tersundul deh eke...
resolusi aku sih gak muluk-muluk...maybe some of you udah baca di status FB : pengen bisa berenti di tanjakan, trus pas mau jalan lagi gak mundur mobilnya.....wkwkwkwkwk...
artikan sendiri ya, walaupun arti secara verbal memang begitu adanya juga...belom bisa stabil di tanjakan kalau lagi nyetir mobil...
wkwkwkwk, curcol....
kadang kalau sedang dalam pendakian, suka patah arang dan gak sadar malah bergerak mundur...mudah-mudahan tahun depan bisa bergerak maju, dengan anggun dan cantik, dan dengan penuh nilai seni...karena wanita itu seni...bukan begitu? ^_^
happy new year, ladies.....mmwwaaahhh....

Anika Wahyu B. said...

Mimpi di tahun depan? Deal with my anger! Sungguh berat rasanya menghadapi orang dgn temperamen sama persis dgn kita. Apa yg dia lakukan, kita tau apa maksudnya. Apa yg dimaui. Tapi kita tidak mau menyerah, mengalah padanya. Kita sama2 mau memenangkan ego masing2. Terkadang situasi tidak tepat. Terkadang emosi tidak match. I have to face this everyday with my daughter. How terrible I was.

-Indah- said...

Kadang ngga ada salahnya kok untuk mundur sejenak sebelon melangkah maju lagee..

Asaaaalll.. jarak mundurnya jangan lebih jauuuhh dibanding maju-nyaa, wakakakakakak :p

*ibaratnya mundur selangkah aja tapi majunya 3 petak githuu, and jangan kebalikannyaa, karena kalo githu mah kapan nyampe di tempat tujuan?! Hihihi :D*