Pages

Sunday, December 6, 2009

masa kehamilanku

Cerita ini berasal dari pengalaman pribadiku…semoga cerita ini bisa berguna juga buat yang lain, dan bisa diambil hikmah dari pengalamanku.

Semua berawal ketika aku tahu bahwa aku positif hamil… sebagai wanita, apalagi pengalaman pertama hamil… aku begitu exciting…


Semua berawal ketika aku tahu bahwa aku positif hamil… sebagai wanita, apalagi pengalaman pertama hamil… aku begitu exciting… ketika testpack menunjukkan dua garis merah, aku dan suamiku langsung pergi ke dokter kandungan untuk memastikan kehamilanku. Di RS “A” aku diperiksa oleh Dr. kandungan, ketika dokter menyatakan bahwa aku positif hamil, aku dan suamiku meminta surat rekomendasi dari dokter untuk pemeriksaan TORCH - Toxoplasma gondii, virus Rubella, CMV (Cytomegalo Virus), virus Herpes Simplex (HSV1 – HSV2) - (mengingat iparku pernah keguguran diusia kandungannya yang kedelapan bulan – atau lebih tepatnya bayi dalam kandungannya meninggal – karena virus toksoplasma) tapi saat itu kata dokter tidak perlu karma janin terlihat lincah, sehat dan aktif, ditambah lagi dengan kondisi kesehatanku yang prima. Dua minggu kemudian aku datang lagi untuk pemeriksaan selanjutnya sesuai dengan jadwal yang diharuskan dokter (pada awal-awal kehamilan minimal 2 minggu sekali harus ada pemeriksaan) untuk mengetahui apakah janin berkembang dengan baik. Aku dan suamiku pun kembali meminta surat rekomendasi untuk TORCH, tapi dokter tetap mengatakan itu tidak perlu, tapi kalau memang mau, tunggu sampai kandunganku berusia 4 bulan, tanpa menanyakan alasan kenapa harus menunggu sampai 4 bulan, kami pun pulang…

Hari-hari aku lalui seperti biasa, kecuali pola makanku yang jauh lebih teratur dan lebih memperhatikan asupan gizi yang masuk, karma sekarang bukan aku saja yang makan, melainkan janin dalam rahimku. Setiap bulan aku rajin memeriksakan kandunganku ditemani suamiku. Dan hari itu pun datang, ketika usia kandunganku memasuki bulan ke-4. Ketika itu suamiku sedang bertugas ke luar kota, dan aku untuk pertama kalinya memeriksakan kandunganku sendiri, tanpa suamiku hanya ditemani pembantu rumahku. Di RS, aku meminta dokter kandunganku untuk memberikan surat rekomendasi untuk TORCH, dan tanpa menunggu lebih lama lagi aku langsung pergi le lab untuk menjalani pemeriksaan. Beberapa hari kemudian, aku kembali ke lab untuk mengambil hasilnya dan bertemu kembali dengan dokter kandunganku. Betapa terkejut dan terpukulnya aku mengetahui hasil lab yang dibacakan dokter, bahwa aku positif terkena virus tokosoplasma. Dimana bahaya yang mungkin ditimbulkan oleh virus itu sungguh mengerikan, antara lain, Hydrocefalus (kepala yang jauh lebih besar dari ukuran normal), Retardasi mental, Autis, cacat permanent, bahkan resiko janin meninggal. Sekujur tubuhku lemas seolah ada setumpuk beban berat yang jatuh menimpa tubuhku… ya Tuhan… apa yang terjadi? Kenapa semua ini terjadi padaku? Dokter meyakinkan aku bahwa ini tidak berbahaya karna masih bisa diobati, namun penjelasan dokter sama sekali tidak mengurangi kegelisahan, ketakutan dan kemarahanku. Bagaimana aku tidak marah, di awal kehamilanku, aku sudah meminta dokter untuk memberikan rekomendasi pemeriksaan TORCH, tapi dokter menolak, tapi sekarang virus itu benar- benar ada dan kapanpun siap menggerogoti janin dalam kandunganku. TIDAK… ini adalah bayi yang begitu kami harapkan, setelah 2 tahun pernikahan.

Di rumah, aku langsung menelpon suamiku, yang saat itu sedang berada di Surabaya, setelah menceritakan apa yang terjadi, suamikupun ikut menangis mengetahui kondisi yang terjadi padaku, separah inikah keadaanku? Akhirnya aku dan suamiku memutuskan untuk pindah dokter kandungan, kami kemudian pergi ke RSIA Hermina Jatinegara, dan kami mendapat rekomendasi untuk berkonsultasi dengan Dr. Soedibyo Toeloes, dokter senior yang sering menangani kasus toksoplasma. Keterangan yang diberikan dokter Soedibyo sedikit menenangkanku, katanya, selama virus itu belum menyeberang melalui tali pusat bayi, itu artinya janinku aman, tapi aku harus meminum obat khusus sampai virus toksoplasma itu negative. Aku diberikan obat yang begitu banyak dengan catatan jangan sampai ada satu obat yang terlewatkan atau lupa diminum. Jadilah setiap hari aku minum obat tokso dengan alarm (supaya tdk lupa), dan setiap bulan aku diharuskan check ke prodia untuk memeriksakan apakah virus itu berkurang atau bahkan telah hilang sama sekali.

Situasi ini kami ceritakan pada keluarga besar, namun salah satu iparku mengatakan sesuatu yang begitu menyayat hati. “kamu kan masih muda, kemungkinan untuk hamil lagi masih besar, daripada bayi kamu lahir cacat, lebih baik digugurkan saja”… ya Tuhan… apa aku tidak salah dengar? Atau pendengaranku sudah tidak berfungsi dengan baik??? Dengan hati bagai teriris-iris, aku berkata “tidak, aku tetap akan mempertahankan kandungan ini, dan aku yakin Tuhan akan memberikan bayi yang sehat sempurna buat kami”.

“tidak, aku tetap akan mempertahankan kandungan ini, dan aku yakin Tuhan akan memberikan bayi yang sehat sempurna buat kami”.


Demi menjaga kehamilanku ini, aku melakukan semua yang dianjurkan dokter, termasuk belajar mengendalikan pikiran dan perasaan. Karna apa yang aku pikirkan dan rasakan adalah getaran signal yang aku kirimkan pada janin dalam kandunganku. Mulailah aku memikirkan semua hal yang positif, bahwa bayiku akan lahir dengan sehat, sempurna, cantik kalau perempuan, ganteng kalau laki-laki. Tak sedikitpun ada ketakutan timbul dalam pikiranku bahwa anakku akan terlahir cacat. Tak lupa selalu kupanjatkan doa pada Tuhan untuk bayi dalam kandunganku.

Di usia kandunganku yang ke-7 bulan, ada masalah baru, selain virus tokso, air ketubanku berlebih, sehingga kemungkinan untuk bayi lahir premature sangat mungkin terjadi. Selain air ketuban yang berebih, plasenta sudah hampir matang, dimana bila plasenta sudah matang, tidak ada lagi makanan yang bisa dimakan bayi didalam kandungan. Ya Tuhan, ada apa lagi ini? aku kemudian menjalani USG 2 dimensi untuk mengetahui bagaimana kondisi janin. Hasil USG 2 dimensi lebih mengagetkan lagi. di bagian jantung janin ada 2 titik putih, yang menurut ilmu kedokteran, hal itu mengindikasikan bahwa kemungkinan besar bayinya terkena Rubella dimana jantungnya bocor… ya Tuhan, apa belum cukup tokso, ketuban berlebih dan plasenta matang lebih awal??? Dokter menjadwalkan operasi jantung ketika bayi lahir, dan menjadwalkan operasi ulang ketika anakku berusia beberapa tahun. Semua persendianku lemas, kulihat suamiku tak jauh berbeda, tapi dia berusaha kuat dan tegar dihadapanku. Kami pun mencari second opinion, dan hasilnya sama. Tak ada pilihan lain, kami pasrah dengan apa yang terjadi, sambil terus berdoa mohon keajaiban dari TUHAN untuk anakku. Aku yakin dan percaya Tuhan tak akan membiarkan kami dicobai melebihi kemampuan kami. Dan semua orang yang kami kenal mendoakan bayiku.

Ternyata, masalah belum putus menyambangi kami…Di usia kandunganku yang kesembilan bulan, tepatnya tanggal 21 Januari, aku harus menjalani check up 2d sekali lagi, dan alangkah mengejutkan lagi hasil dari USG 2d ini, ternyata janin dalam kandunganku terkena double bubble, dimana ada penyumbatan di usus ke saluran pembuangan, sehingga bila bayi lahir, tidak boleh ada makanan apapun yang masuk kedalam tubuhnya sebelum di operasi. Ya Tuhan… ada apalagi ini??? menjelang hari kelahirannya, masih ada saja masalah yang terjadi… aku pun semakin pasrah dan berserah padaNYA. Dalam perjalanan pulang ke rumah, tak henti ku memohon padaNYA untuk kesehatan dan keselamatan anakku. Setelah mengantarku pulang, suamiku langsung pergi lagi karna masih ada meeting di Jakarta. Jam 11 siang aku mulai merasa ada yang tidak beres dengan tubuhku. Mual yang hanya aku alami di awal masa kehamilanku pun mulai terasa lagi. pembantu di rumahku pun mulai mengambil minyak angin dan memijit bagian punggungku. Kemudian mulailah terasa bagian perut dan pungungku sangat tidak nyaman, ternyata aku sedang kontaksi, ketika aku ke kamar kecil, ada flag yang keluar, aku langsung menghubungi suamiku untuk segera kembali, dan kami langsung meluncur kembali ke RSIA Hermina. Tiba di RSIA Hermina, sudah jam 2 siang, dan aku langsung ditangani para suster dan bidan, ternyata masih pembukaan 2. keesokan harinya tanggal 22 januari, masih tidak ada perubahan, masih tetap pembukaan 2, akhirnya dokter memutuskan untuk di induksi, dan mulailah rasa sakit itu terasa… aku tak perlu menceritakan disini bagaimana gambaran rasa sakit ketika itu, tapi yang sudah pernah melahirkan, pasti tau bagaimana rasanya… pembukaan 2 ke pembukaan 9 sungguh nikmat rasa sakitnya... tapi ketika sudah pembukaan 9, aku tak kuat lagi, menurut dokter kepala bayi masih jauh dari jalan lahir, akhirnya aku memutuskan untuk di sc, seraya menahan rasa sakit menunggu di anastesi…

Di ruang operasi, setengah sadar, kumendengar percakapan samar para dokter yang menanganiku, dan suara-suara aneh dari atas (atau dalam perutku yang dibelah). Entah berapa lama prosesnya, aku tak tau, yang pasti selama itu aku merasa aku tak mampu bertahan, sehingga aku bilang pada suster bahwa aku ingin tidur. Tapi, tiba-tiba terdengar bunyi tangisan seorang bayi dari atas perutku… rasa kantuk yang menyerang berusaha keras kulawan, dan tiba-tiba suster membawa seorang bayi – anakku - ke sampingku dan meminta aku untuk menciumnya. Yang kuingat, saat itu aku mencium anakku dan berkata, suster, apakah dia sempurna? Samar kudangar suster berkata dia sempurna dan cantik sekali… Ya Tuhan, aku sudah menjadi seoranag ibu, Thanks God.

Samar kudengar suster berkata dia sempurna dan cantik sekali… Ya Tuhan, aku sudah menjadi seoranag ibu, Thanks God.
Entah berapa lama aku berada di ruangan pemulihan. Ketika aku sadar, semua anggota keluarga telah berkumpul, ingin melihat kondisiku. Ketika aku menanyakan dimana anakku, semuanya diam, hanya suamiku yang berani menjawab, dia di PERINA didalam incubator (tempat perawatan bayi-bayi yang bermasalah). Aku mulai panik, tapi semua menenangkanku. Ternyata, bayiku memang di PERINA tapi bukan berarti ada masalah dengan bayiku. Dokter hanya melakukan pemeriksaan lengkap berkaitan dengan masalah-masalah selama kehamilanku (toksoplasma, jantung bocor dan penyumbatan usus), dan ternyata semua itu hasilnya negative… Puji Tuhan, Engkau begitu baik dalam kehidupanku.

Saat ini sudah hampir empat tahun berlalu, anakku sehat sempurna, dan Tuhan memberikan bonus cantik buat anakku,Terima kasih Tuhan, untuk mujizat yang Kau nyatakan dalam hidupku.

13 comments:

Miss G said...

Ternyata... si cantik ini dilahirkan dengan perjuangan panjang dari mama dan papa-nya ya... Wow, puji Tuhan mama-nya diberikan kekuatan dan keteguhan untuk tetap memelihara kandungannya sampai kelahiran Bella dengan selamat.

Sepupu saya juga mengalami kasus yang sama sewaktu mengandung anak pertamanya, dan syukur banget Kenneth lahir normal dan sangat ganteng, kayaknya cocok nih kalo dijodohin sama Bella, haha... :p

ami said...

alhamdulillah ya si kecil cantiiik banget dan sehat. pengalaman melahirkan memang tidak bisa dilupakan selama hidupku. tetapi tugas lanjutan yang tidak kalah beratnya adalah memelihara dan membimbing anak2 menjadi anak dengan pengoptimalan potensinya

Eucalyptus said...

Dear Yulie,

Perjuangan menjadi ibu memang selalu menakjubkan... saya pernah kegguran 4x dari 7 kehamilan, dengan izin Tuhan saya dikaruniai 3 putri..

Anakmu juga telah lahir ke dunia ini sehat dan cantik atas izin Tuhan...


(Delia)

-Indah- said...

Woww.. Yuliee.. sungguh perjuangan panjang yaa untuk melahirkan si cantik ini, duhh.. lucu and ngegemesin bangets seeh anakmu inii *cupps*

Syukur juga semua masalah yang dikau alami selama kehamilan hasilnya negatif, dan anakmu sehat :)

Btw, siapa namanya ya? :D

Irene said...

Yul...hebat banget!!!

Christamethys said...

Puji Tuhan, putrinya terlahir normal dan cantik...semoga Tuhan selalu memelihara pertumbahannya..

Tangan Tuhan memang sgt luar biasa bagi orang yang hanya meletakkan harap padaNya..

Ceritaeka said...

Terharu bacanya mbak..
Semoga sehat selalu ya mbak putri cantiknya...

Anonymous said...

salut untuk perjuangan Yulie, sampe melahirkan putri cantiknya. Kita semua tidak tahu rencana Tuhan, sejak divois kena tokso sampe jantung bocor....tapi ternyata putrinya lahir sehat tanpa kekurangan suatu apa. Semoga si kecil akan tumbuh sehat & pintar.(Elis)

liecita said...

uda banyak yang kasih comment :)
@mbG: iya, penuh perjuangan banget mbG...wah Kennethh berapa taun sekarang? bisa dikenalin tuh... :) hehehehe
@ami: iya betul...kayaknya terekam jelas banget lho...dan ga akan terlupa...
@mba Delia: ouw...bener2 perjuangan yaaaa.... semua atas kehendak Tuhan

liecita said...

@indah: awal2 parno juga..tapi tetep harus positif thinking..namanya steffanny bellena putri novianto (Bella)
@irene: thx say :)
@christamethys and eka: AMIN.. thank yaaa
@mba elis: thanks yaaaa.....
makasih buat semuanya yang uda mampi, kasih comments and doa'in Bella.. :)

- said...

*kehilangan kata-kata*

Bella, kamu cantik sekali, Nak...

liecita said...

@eka wijayanti: thx :)

Anika Wahyu B. said...

Kita tak pernah bisa meminta anak kita akan seperti apa. Krn itu jika tmn sy berdoa "Smg anakku lahir sehat sempurna, tidak kurang suatu apapun". Maka doa sy "Kuatkanlah sy menenerima seperti apapun anak yg Kau anugerahkan".
Pemeriksaan tokso setau sy seharusnya dilakukan jauh hari sblm hamil, idealnya. Ini saran buat yg akan menikah dan akan memiliki anak.
Rupanya kepasrahan anda diganjar Tuhan dgn indah sekali ya..