Pages

Monday, January 18, 2010

Family Portrait

Gambar diambil dari :
http://www.stressreliefsolution.com/images/White%20family%20on%20beach.jpg
(note : the picture has nothing to do with the below story)

Topic starter : Senin, 4 Januari 2010 (12:25 pm)

Suara itu kembali terdengar, kegaduhan yang sangat kutakuti.

...
~.*.~

In our family portrait we look pretty happy
We look pretty normal, let's go back to that
In our family portrait we look pretty happy
Let's play pretend, act like it goes naturally

"Family Portrait" by Pink

~.*.~

Topic ended : 4 Januari 2010 (1:46 pm)

19 comments:

Indah said...

Cerpen ini terinspirasi dari cerpennya Ami yang berjudul "Malaikat Kecil".

Ngga tau kenapa, dari awal baca cerpennya Ami itu, gua ngerasa pengen "menyuarakan" sang anak yang terjebak dalam pertengkaran orangtuanya.

Untuk alasan yang belon dapat gua mengerti sampai saat ini, gua punya keinginan untuk bisa menyelami jiwa anak2 yang terluka, gua pengen tau dan merasakan apa yang ada dalam hati dan pikiran mereka ketika terjadi hal2 yang yang menyebabkan hati mereka terluka.

Isabellaa.. maap yaa kalo gua ngga bisa "menyuarakan" isi hatimu dengan tepat, hikss..

*gua kok berasa 'gila' yaa minta maap ama tokoh khayalan gini, ahahaha :p*

- said...

Sedih Indah... :(
Terutama, kalimat terakhir.

oh, Isabella adalah...
Waktu saya SMA, Bapak saya juga dulu suka bilang,
"Nanti bapak carikan laki-laki yang baik seperti bapak, Nduk"

:D, saya baru sadar kalau itu sinyal kekhawatiran jika saya akan jatuh ke tangan yang salah. Hahaha.

Indah! Ayo belajar sisipkan dialog!

ami said...

terima kasih indah, kamu melanjutkan ceritaku dari sisi si anak. aku sendiri tidak terbayang bagaimana rasa dan reaksi seorang anak yang mengetahui ortunya bertengkar hebat. aku sendiri tidak pernah mengalami. tapi sepertinya yang kamu gambarkan itu tepat sekali, aku rasa ketakutan anak yang terbesar adalah perpisahan ortunya ya.
bagus indah, jadi pengen nangis hikss

ami said...

ketinggalan, hayuuuk sahabat2ku, siapa yang terinspirasi untuk membuat lanjutan cerpenku dari sisi ributnya si ortu atau dari sisi si ayah. waah ini kalau dibukukan bakal menarik, dalam satu cerita dengan pengarang banyak yang mewakili setiap tokohnya

Indah said...

Ekaa.. ahaha, setiap ortu punya kekuatiran githu kali yaa, Kaa.. :D Dialog? 2 minggu lagi yaa, Neng, hehehe..

Amii.. makasih :D Ahh.. sarannya seru juga, Amii.. ntar bisa dilanjut ke ortu and mertua juga kalo nanti anak dari tuh anak memutuskan untuk berpisah, ahahaha :D

liecita said...

hmm..aku sih ga pernah ingat pertengkaran2 ortu aku, tapi aku ingat jelas gimana rasanya hidup dalam keluarga yg ortunya bercerai...hikzzzzz
bagus Indah....

Winda Krisnadefa said...

indah, aku kagum bagaimana lo bisa menggambarkan perasaan si anak dengan begitu detail dan penuh perasaan....menunjukkan kalau yang nulis ini punya perasaan selembut sutera (halah)....hihihihi....
kita tampaknya berada dalam kubu yang berseberangan, dimana lo di bagian yang puitis, sementara gw di bagian yang najis....wkwkwkwkwk
kerennn!!!!!

Devita said...

loh....loh....loh..... hikzz... lalu..lalu.. gimana? jadi cerai ga? jadi rebutan anak ga? ayoooooo lanjut.... atau memang ga ada lanjutannya?

Ceritaeka said...

Lanjutannya cerpen mbak Ami yah?
Bagus ndah...
kena banget sih endingnya...
let's we go back to that pose...

Mungkin itu gunanya foto, menghentikan sebuah momen untuk diabadikan, dikenang hingga jika satu kali badai menghadang.. maka kita bisa mengenang rasa yg dulu terekam dalam poto tersebut. NICE!

Indah said...

Yuliee.. berat ya, Lie?

Windaa.. ayy ayy, selembut sutra yaa? Aww.. terharuu, thanks, Windaa :D

Devitaa.. hehe, Ami udah buka kesempatan tuh kalo mo dilanjutkan yaa silahkan ;)

Ekaa.. ngga bener2 lanjut juga sih karena kalo ngga salah anak dalam ceritanya Ami itu baru 3 tahun ya? Iyaa.. makanya gua kalo foto juga kebanyakan senyum, ahahaha.. karena seiring waktu juga gua toh ngga inget lagi emosi yang gua rasakan pas tuh foto diambil :p

richo said...

weh mirip ma kejadian nyataku neh......... kok bisa ya, terinspirasi ma aku toh hehehe

Indah said...

Richoo.. lha? Mirip toh? Salam kenal dulu dhe yaa, huehehe :D

Miss G said...

Indah.... selalu aja berhasil menggugah rasa haru.. Tau ga sih.. kadang saya berpikir, bisa ga ya ada novel yang minim dialog tapi enak untuk dikunyah, dan "berisi" gitu.. kayaknya penulisnya memang harus yg suka mikir dalem2 kayak yg satu ini dan banyak mempergunakan "rasa"... ini bener2 menyentuh loh..

keisa said...

selamat Indah...tulisanmu berhasil mempermainkan perasaan pembaca...mengharu biru...gak nyangka pemikiran awalnya terhubung sama cerpen "Malaikat Kecil" nya mbak Ami, top!

Indah said...

G.. ada lho novel yang seperti itu, novelnya si Dee (Dewi Lestari) yang "Filosofi Kopi", lumayan minim dialog, hihihi.. baru baca beberapa cerita sih and belon kelar, tapii.. you know, Dee, khan, dia tuh "dalam" ^o^ Makasih yaa, G ;)

~.*.~

Emmanuellyy.. Thank youu, girl :D

- said...

Indah. Filosofi kopi itu bukan novel. Itu kumpulan prosa 1 dekade. Jadi isinya tulisan-tulisan sejak dia baru mulai menulis sampai, sudah bisa membentuk tulisannya (Buddha Bar adalah tulisan yang sudah "dee", yang lainnya masih mencari identitas). Sama seperti apa yang kita lakukan bersama-sama ini.

Indah said...

Ekaa.. ohh, salah yaa, ahahaha.. maapp :D

Hmm.. tapi di "Filosofi Kopi" itu sendiri gua paling suka "Kuda Liar" ama yang "Rico de Coro".. aahh.. ama "Filosofi Kopi"-nya itu sendiri bikin gua jadi pengen ngopii, huahahaha :q

Anonymous said...

it is sooo touching... and again, I almost not realizing that it was your creation until I saw the "GAME"-thingy...

Indah said...

Riaa.. ahahaha.. duh, tuh games ternyata nge-reveal identitas yaa? :p