Pages

Thursday, January 28, 2010

jalan pagiku

dear diary,
Maafin yaaa aku sudah enam hari tidak menengokmu. Aku tidak membuka lembaranmu untuk menemukan lembaran kosong baru sesudah lembaran terakhir aku isi dengan tulisan rapi agar engkau tetap terlihat cantik.

Terakhir, hari Senin aku mengisimu dengan omelanku karena siang harinya ada mata kuliah konstruksi bangunan ! Huaaah dari mulai awal masuk jurusan ini aku sudah terbayang, tidak sukaaa dengan mata kuliah ini. Iyaaa my diary, aku juga tahu mata kuliah ini amat penting, bisa ambruk rancangan bangunanku kalau aku tidak mau mengenal mata kuliah ini dengan baik. Maafkan yaa aku sudah mengisi lembaranmu dengan omelan yanggg tidak perlu.
Tapi pasti kamu memaklumi kan, engkau adalah sahabatku yang paliiing menyenangkan. Kamu terima semua apa yang ada di dalam pikiran dan rasaku, tanpa engkau menghakimiku. Terima kasiiih.

Eeeeh tapi kali ini diaryku, hihihihi aku mau ketawa ketiwi geli.
Seperti biasa kan, hari Sabtu pagi, segaaar rasanya setiap bangun pagi di hari ini, karena yups libuuur hehehe. Dan inilah kesempatanku untuk berolah raga. Jalan pagi.
Naah ceritanya nih diary, kemarin pagi itu aku bangun agak kesiangan, biasalah hari Jumat malam aku ingin menyelesaikan gambar perspektifku sehingga aku punya waktu libur penuh hari Sabtu dan Minggu. Iya diary, hari Senin adalah batas waktu pengumpulan tugas mata kuliah perancangan. Jadi aku selesaikan gambar perspektifku hingga jam dua dini hari.
Sabtu pagi itu aku bangun jam setengah enam. Iya itupun masih pagi, tapi kan kesiangan kalau untuk jalan pagi. Tapi kamu tau kan, jalan pagi adalah olah raga yang paling aku sukai.

Terusss, bagaimana? Teruus aku bangun, bersiap, kali ini aku menggunakan sweater berlengan panjang untuk menutup t-shirt tipis lengan pendek dan celana panjang kaosku. Aku tidak ingin kedinginan karena dini hari ini aku hanya tidur tiga jam. Aku gunakan sweater butut yang sudah kusam warna merah tuanya, ahhh cuma jalan pagi ini, malas aku diary, mengaduk lemari baju mencari sweater putihku yang dibelikan mama dua minggu lalu.

Kemudian aku keluar rumah dan mulailah perjalananku berjalan agak cepat menyusuri jalanan. Seperti biasa juga ruteku kali ini sama seperti hari Sabtu yang lalu, aku keluar dari kompleks perumahanku kemudian menyusuri tepian jalanan yang di samping kiriku adalah dataran landai perbukitan dan aku lihat tanaman kubis yang sudah mulai besar, semakin besar dari hari Sabtu lalu.
Haah iya juga ya, mungkin lain kali akan aku bawa kamu ikut jalan-jalan, ikut merasakan terpaan angin dingin pagi yang sejuk dan segar. Paru-paruku terisi penuh dengan udara bersih perbukitan. Nikmat sekali rasanya.
Okeee selanjutnya, seperti biasanya juga, sesudah aku menyusuri jalan berkelok dengan pemandangan perbukitan dipenuhi pohon perdu yang hijau terhampar luas, diselingi kebun tanaman kubis, ooh itu diaryku, disitu, agak sedikit di atas bukit seberang aku melihat ada pembangunan rumah. Satu lagi rumah akan dibangun, semakin mempersempit pandangan hijauku.

Hnah sampai mana tadi yaa jalan pagiku, jadi ngelantur. Ooo iya, sesudah dua kilo jalur rutinku, aku sampai di warung bu Tinah, dan seperti biasa kan diaryku, belum lagi kepalaku nyelonong masuk ke dalam warung, aku sudah menyapa nyaring bu Tinah yang dari luar warungnya terlihat sedang menyiapkan bubur ayam panas gurihnya. Bau bubur ayamnya itu diary, nyam nyam, keroncongan perutku. Hihihi pasti kamu tidak bisa membayangkan rasa keroncongan, bukankah kamu tidak memiliki perut. Hihihi

Tapi aduuuh baru aku sebut 'Bu Tiii ...!!', tepat ketika itu kepalaku terjulur masuk ke dalam warung bambunya, disitu telah duduk seorang pemuda, aduuuuh my diary, aduuuh badannya ituuu, meskipun dalam posisi duduk di bangku panjang dengan satu tangan memegang sendok persis akan menyuap bubur dan lengan yang satunya bertengger di atas meja, huhuhuhu badannya terlihat tegap atletis. Pasti diaryku, pasti dia penyuka olah raga. Dan dan itu rambutnya, tercukur rapi secenti tersambung dengan bulu kasar di pipi, di bawah hidung menyambung hingga dagunya. Aduuuh terlihat samar bintik-bintik bulu yang tajam.

Terus ini diaryku yang membuat jantungku hampir terlepas, tiba-tiba dia mengangkat kepalanya ketika mendengar suaraku. Duuuh dairyku, aku terlonjak sendiri pada saat itu, aku bertanya-tanya, terlalu keraskah sapaanku, sumbangkah nadaku, paraukah suaraku, huhuhu terkesan seperti gadis bagaimanakah aku yang tanpa menggunakan kata sapa langsung saja memanggil Bu Tinah.
Aku tersadar, aku segera mengalihkan pandanganku ke Bu Tinah dan melemparkan senyumku yang paling manis, paling imut, aku buat secantik mugkin lah hehehe.
Bu Tinah, iiih my diary, sebal aku, Bu Tinah terlihat menahan senyum menyaksikan reaksiku yang tiba-tiba tidak selesai menyebut namanya.

Aku segera duduk di bangku panjang yang letaknya di samping bangku panjang di mana si tampan duduk. Aku segera menyebutkan pesananku tanpa berpikir panjang. Sampai aku lupa menyebutkan tambahan telur sebutir seperti yang sudah menjadi kebiasaanku.
Aku segera, hehe segera lagi ya diaryku, segera mengeluarkan handphoneku dan memencet tutsnya, mencari inbox message, berpura-pura sibuk menerima sms hahaha.
Tahu nggak diary, Bu Tinah lama sekali sih mempersiapkan pesananku, lebih lama dari biasanya, seperti sengaja membuat aku semakin salah tingkah duduk sendirian di bangku kayu panjangnya.
Samar-samar tanpa berani mengangkat muka aku mendengar sendok beradu dengan mangkuk, kemudian sepi lagi, itu sudah pasti pada waktu sendok berisi bubur sedang memasuki mulut si tampan.

Tiba-tiba aku teringat penampilanku. Ingat kan diary, seperti yang aku tuliskan di atas, aku menggunakan sweater butut merah tuaku. Hampir aku menutup wajahku, malu aku, menyesal aku, kenapa juga aku menggunakan sweater gedomboran ini, di mana tshirt lengan pendek yang aku gunakan bersama dengan celana kaosku cukup memperlihatkan lekuk tubuh gadisku.
Hiks, salah lagi kan diary, percuma juga aku menutup wajahku, kan bukan wajahku yang tertutup sweater butut. Menyesaaal rasanya. Pantaskah bila kubuka sweater bututku sekarang?
Sempat terpikir olehku diary. Tapi untuk merubah posisi dudukku saja aku tidak berani, aku tidak ingin menarik perhatian si tampan. Ya sudah, akhirnya aku duduk manis saja sambil berkhayal, menerima sms sepuluh buah, agar terlihat sibuk hahaha.

Akhirnya, semangkuk bubur ayam panas sudah terhidang dihadapanku, yaaah tanpa telur kesukaanku. Aaah bu TInah, sepertinya pura-pura lupa pula dengan kebiasaanku. Ya sudahlah, mana berani aku mengeluarkan lagi suaraku, yang aku tidak tahu, sumbangkah atau melengkingkah suaraku menurut si tampan.
Dengan tetap menunduk, perlahan, perlahaaan sekali diary, agar sendok tidak teradu dengan mangkuk, aku mulai mengambil sesuap bubur. Aduuuh diary, kelupaan lagi, aku belum mengambil kerupuk bulat kecil kuning teman si bubur. Hiks satu lagi kegemaranku yang kali ini tidak bisa aku nikmati. Mana berani aku mengambil kerupuk, stoples kerupuknya berada di samping kiri si tampan ! Bu Tinah ! Teganya dirimu meletakkan stoples kerupuk itu di situ.

Aaah sudahlah, lupakan kegemaranku, aku harus tetap terlihat manis meski sedang makan. IIIh betul diary. Seorang kawan laki-lakiku pernah mengatakan, 'Rin, aku paling suka melihat cewek pada waktu makan, pada waktu dia menyuapkan sendoknya. Menurutku, disitu aku bisa melihat, cantikkah cewek itu'.
Huuus jangan ketawa diary, pada waktu itu akupun spontan tertawa terbahak-bahak, dimana sambungannya ya, menyuap dan cantik, hahaha.
Eeeeh tapi mana kita tahu, siapa tahu si tampan juga memiliki pandangan seperti itu. Kan kan, gawat seandainya aku tidak terlihat cantik karena makan terburu-buru, atau ketika menyuap tiba-tiba sebutir bubur jatuh dan menimpa pinggiran mangkuk. Huah aku tidak ingin terlihat tidak cantik !
Akhirnya berhasil juga aku menyuap dengan perlahan dan mencoba terlihat selalu anggun untuk yang ketiga kalinya, ketika itu si tampan berdiri dan menanyakan ke Bu Tinah berapa yang harus dibayarnya.

Dan kemudian tetap diary, tetap aku hanya berani memandang melalui ekor mataku, aku melihat tubuhnya yang menjulang, tegap dengan celana pendek dan kaus berwarna gelap lekat di tubuhnya, hiks, duuh diary.
Tetap dengan ekor mataku, ketika berpura-pura mengaduk buburku, mengaduk untuk mencari potongan ayam suir, aku melihat transaksi itu. Si tampan, dengan tangannya yang panjang kekar, itu diary, itu tangan dengan bulu halusnya menutup kulit lengannya yang terlihat coklat sehat, uuuh.
TIba-tiba diary, tiba- tiba si tampan berkata 'Mari dek saya duluan, selamat makan'.
Haaah diary, dia menyapaku ! Untuk kedua kalinya jantungku hampir melorot, tanganku terhenti mengaduk bubur.
Mukaku terangkat spontan, dengan mulut tidak terkatup rapat, aku menatap si tampan melewati bangku panjang dudukku yang dengan senyum tampannya menatapku sekejap.

Aduuuh diary, sudah ah ceritaku, aku ingin berbaring dulu dan mengingat kembali tatapan tampannya itu, aku ingin menikmati detik-detik rasa terkejutku, rasa terkejut yang menyenangkan.

Bye my diary. cup cup

***
hai pembacaku, ceritaku kali ini terinspirasi dari perjalananku dengan suami dan teman-teman ke sebuah cafe terpencil di daerah perbukitan sekitar bandung. letaknya tidak jauh dari rumah salah satu temanku. dan dia bercerita, sebelum menikah kegiatan sabtu paginya adalah berolah raga jalan pagi di daerah itu.
mudah-mudahan pembaca bisa turut merasakan senyum geliku ketika mengetik cerita di atas. :)

10 comments:

- said...

Mbak Ami! Makin lama makin detil. Memanjakan pembaca untuk larut di dalamnya. Suka!
Iya, Mbak Ami. Ngomel itu ternyata, obat yang manjur sekali.

Irene said...

hihhi..lucu,Mi..aku mbayangin si ganteng itu...lebih yummy dari buburnya ya...hmmmm

ami said...

@eka, hehehe manjur dan melegakan. terima kasih 'suka!'nya
@ren, wahaha imajinasimu okeeee

Winda Krisnadefa said...

ami : jangan2 ini kisah pertemuanmu sama hubby? curiga, soalnya menjiwai banget...wkwkwkwkwk

- said...

Mbak Winda, kecurigaan kita sama.

liecita said...

hahahaha...inget jaman dulu ya mba Ami, qlo bln nulis diary, koq kayaknya ada yg kurang :)
Tapi bagus lho ceritanya....

ami said...

@all. bukaaan bukan pengalaman pribadi ini hahaha. thanks komennya ya

Indah said...

Amii.. ahahhaa.. dari pertama baca pas masih nangkring di dashboard udah bikiin senyam senyum sendiri ngebaca inii :D

Btw, psstt.. itu buburnya dibayarin ama si tampan ngga, Amii? :q

Ceritaeka said...

Haduuuh disapa si tampan ;)
hihihi
dag dig dug duuuer! :)

Judith(Emaknya Dee) said...

kalo aku dah ga malu2 lagi nyapa si tampan...hahaha