Pages

Thursday, January 14, 2010

kebersamaan

Pertemuan


Bismillah

Asyhadu An-Laa Ilâha Illallâh

wa Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullâh


'Ya Tuhanku terima kasih telah Engkau lengkapi diriku dengan istri yang aku cintai dan kini Engkau tambah nikmatku dengan kehadiran makhluk mungil cantik yang telah aku niati untuk menjaganya hingga akhir hayatku.Bimbinglah aku untuk bisa memberinya hidup yang penuh cinta dan kasih sayang, limpahkanlah rejeki agar aku bisa merawat keluargaku dengan baik.

Amin'


Lima hari semenjak bisikan kalimat syahadat di telinga bayi mungil itu, seorang ayah yang tengah diliputi kebanggan membawa pulang istri dan bayi perempuannya.

Tiada siang dan malam tanpa lepas dari senyum dan tangis si mungil, tanpa gendongan dan tepukan sayang di pundak si mungil. Bergantian ayah dan ibu menyenandungkan lirih nada-nada berirama mengiring lelapan si mungil di ranjang besar tempat mereka bertiga menikmati kebersamaan.


Empat tahun kemudian sebuah sepeda roda dua dengan dua roda ekstra di kiri kanan ban belakang berjalan berlenggok meliuk sebentar ke kiri kemudian ke kanan dikemudikan oleh tangan mungil seorang anak perempuan yang tengah disemangati oleh ayah untuk terus melaju. Tak usah takut terjatuh, ayah akan selalu menjaga sehingga tiada satu ujung tubuhmu bakal menyentuh rerumputan.

Gelak tawa ibu yang tengah menahan nafas dengan kedua tangan memegang mangkuk menanti si kecil melewati dirinya untuk kemudian menyuap sepuluk kecil nasi lengkap dengan lauk sehatnya.

Kebersamaan yang mereka ciptakan setiap sore melewati saat menanti bedug maghrib di halaman rumput sebuah taman bermain persis di tikungan jalan.


Dua belas tahun saat si anak kecil menjelma menjadi gadis perawan ditandai dengan bercak merah mewarnai baju dalamnya, disambut kegembiraan oleh ayah dan ibunya diiringi nasehat tentang martabat perempuan serta penjagaan citra seorang gadis. Penjagaan ayah dan ibu tidak lagi dapat memenuhi dua puluh empat jam kehidupan gadis perawannya yang sudah dimulai dengan kepergian si anak bersama teman-temannya.

Doa selalu mengiringi setiap kali gadis perawannya menyampaikan ijin untuk berkumpul bersama teman-teman.


Tujuh belas tahun telah berlalu sehingga si gadis perawan tumbuh menjadi gadis rupawan pujaan pemuda kota. Menjadi pemandangan biasa beranda di rumah itu merupakan tempat beranjangsana pemuda-pemuda demi menarik perhatian si gadis.

Sekali peristiwa ayah menemui seorang pemuda anak tetangga yang terlalu sering bertandang disambut wajah cemberut anak gadisnya. Demi kebaikan bersama ayah bertutur halus mengenai keberatan anak gadisnya terhadap kehadiran si pemuda yang tidak jua dirasakannya. Sedemikian tertata tutur kata ayah tanpa dinyana merebak merah kedua bola mata si pemuda menahan desakan rasa tanpa ada marah di hati.


Menjelang usia dua puluh dua tahun kebanggan ayah dan ibu semakin membunga di antara sederetan orang tua yang tengah menjadi saksi keberhasilan anak-anaknya meraih gelar sarjana. Senyum bangga, gembira bercampur haru mewarnai ayah dan ibu ketika si anak gadis melenggang cantik menggunakan kebaya biru muda tertutup jubah dan toga hitam mengarah ke panggung pentasbihan gelar insinyur.

Berderet buku di ruang keluarga mengenai bidang pekerjaan yang terkait erat dengan gelar sarjana ayah kini telah memiliki pewaris tunggal. Si anak gadis yang semenjak dini akrab dengan kata dan gambar dari buku-buku itu telah memilih jurusan seperti pilihan ayahnya di saat kuliah.


Dua puluh lima tahun terlewati, ayah dengan kemantapan hatinya menikahkan anak perempuannya dengan seorang laki-laki pilihan si anak. Keyakinan ayah dibulatkannya melepas anak perempuannya ke dalam genggaman seorang lak-laki diiringi doa dan permohonan agar anak perempuannya mendapatkan perlindungan dan kebahagiaan di samping laki-laki pilihannya itu.

Sembah sungkem ucapan terima kasih dan permohonan doa tanpa putus dari anak perempuan dan menantunya meluruhkan hati ayah dan ibu. Isakan halus dari ayah, ibu dan anak mantunya memecah kesunyian sekejap yang hadir menyelimuti ruang ijab kabul di siang itu.

Selesailah sudah tugas kedua orang tua membimbing anak perempuannya hingga hari akhir kebersamaan mereka tertangkup persis dengan hari pertama si anak perempuan menjadi bagian dari sebuah keluarga baru.


Dua bulan tidak lebih, sakit ayah yang sudah terlihat mendera sejak tahun terakhir semakin melemahkan tubuh menjelang tuanya. Kehadiran anak perempuan yang menjadi pelita di masa senjanya kali ini terpotong dengan permohonan ijin si anak mengikuti dinas suami keluar negeri yang membutuhkan kehadirannya di saat jamuan resmi. Hanya lima hari.

Tengah malam di hari pertama si anak perempuan sampai di negara tujuan, telpon genggam berdering nyaring yang dirasakan si anak sebagai pertanda. Suara adik laki-laki ibu yang berat memberitakan kepergian ayah untuk selamanya.

Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un

'Ya Tuhanku telah Engkau panggil kembali ayah yang kucintai sepenuh kalbu, kuikhlaskan kepergiannya kembali kepangkuanMu. Terima kasih atas berkahMu selama ini memberiku orang tua yang telah menyelesaikan janjinya terhadapMu untuk menjagaku sepanjang hayatnya.

Hanya satu ganjalanku, mengapa Engkau jauhkan aku disaat terakhirnya, mengapa tidak Engkau beri aku kesempatan untuk berbisik ditelinganya di saat terakhirnya. Ya aku tahu ya Tuhanku, ada makna di balik semua ini'.


Butir air mata jatuh menimpa telapak tangan bertengadah si anak perempuan.


Perpisahan

12 comments:

ami said...

sahabat-sahabatku pembaca, tulisan ini terinspirasi oleh perbincangan di thread facebook antara kami perempuan-perempuan yang menerima tantangan menulis cerita pendek sekali seminggu :).

perbincangan mengenai jatcin dan pathat.

ada dua kata yang terlintas dibenakku pada saat menyebutkan jatuh cinta dan patah hati, yaitu pertemuan dan perpisahan.

salah satu siklus kehidupan yang tidak bisa dihindari, pertemuan dan perpisahan.

tanpa ingin membuat sedih pembaca, tapi kisah di atas, memang ada sedihnya siiiiiih hiks

Winda Krisnadefa said...
This comment has been removed by the author.
Winda Krisnadefa said...

duuuh...bikin komen tapi kepotong pas posting, kenapa siiy? :(
amii...kamu hebat ya bisa menggambarkan kejadian dalam rentang masa yang begitu panjang tanpa ada yg terlewat dan semua terangkum dalam beberapa paragraf, udah gitu gak pake acara ngelantur kemana-mana, alias tetap pada jalurnya...hebat! aku perlu belajar nih sama kamu....^_^

liecita said...

satu siklus kehidupan yg semua orang alami,penggambaran suatu keluarga yg bahagia...
tapi kasian banget koq anaknya ga ada di saat terakhir ayahnya... :(

keisa said...

mbak Ami, ceritanya ngalir...loncatan cerita tiap fasa kehidupan si anak bagus banget, suka!

Indah said...

Aahh.. Amii.. tersentuh ngebaca kisah perjalanan hidupmu (ehh, ini based on true story khan ya?)

Setiap pertemuan akan berujung pada perpisahan, hal2 yang terjadi di antara rentang waktu keduanyalah yang membuat perbedaan ya.

Ceritaeka said...

Terharu gue mbak...
asli! Terharu banget...
Sayangnya ortu hingga selalu menjagai kita ya mbak... kebayang dulu bapakku sering marah2 kalo ada cowok keseringan maen ke rumah....

Anw hidup adalah keseimbangan....

Irene said...

Ami...berasa banget setelah kita jadi orang tua ya..saat ngelewati waktu2 itu..indah banget....terharu...

Milla Widia N said...

kebersamaan itu indah ;) apalagi bersama keluarga dan teman2 yg kita cintai dan menyayangi kita

ami said...

dear all. terima kasih banyak komennya. maaf baru sekarang aku balas komen karena sejak rabu malam baru sekarang ini sempat buka WT.
sebagai anak perempuan kita semua pasti kenal dengan tahap2 seperti yang aku ceritakan yaaa.
iya betul indah, ada pengalaman pribadi di situ dengan sedikit dramatisasi hehehehe

Miss G said...

Merenung panjang banget di sini. Jadi ingat alm. ayah saya.

Bagus banget, mengalir dengan sempurna. Indah.

- said...

Mbak Ami... Tahu tidak? Saya sudah ancang-ancang dari Kamis subuh! Ternyata dapat hari Minggu! Jodoh... Jodoh.
Ceritanya Mbak Ami itu kekuatannya pada rasa. Itu sudah tidak perlu diragukan lagi.
Saya suka ini, karena dari paragraf pertama, lalu sepeda hingga toga adalah masa yang persis sama yang pernah saya lalui.